Travelnesia – Baru-baru ini, Desa Sekapuk kembali menjadi perhatian publik. Sebab, Abdul Halim, mantan kepala desa yang dikenal sebagai penggagas julukan “Desa Miliarder,” ditangkap karena dugaan penggelapan aset desa. Kasus ini menjadi perbincangan menarik karena di bawah kepemimpinannya, Desa Sekapuk pernah mencatatkan pencapaian luar biasa dan mendeklarasikan diri sebagai Desa Miliarder.
Namun, bagaimana sebenarnya perjalanan Desa Sekapuk hingga menyandang julukan ini? Simak rangkumannya berikut ini.
Perjalanan Menuju Desa Miliarder
Desa Sekapuk, yang terletak di Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, dihuni oleh 4.673 warga yang tergabung dalam 1.257 kepala keluarga. Desa ini awalnya merupakan kawasan yang dikelilingi perbukitan kapur. Sebagian besar warganya bergantung pada penambangan batu kapur sebagai mata pencaharian.Seiring waktu, area tambang kapur tersebut mulai ditinggalkan. Pada 2013 hingga 2017, lokasi bekas tambang bahkan menjadi tempat pembuangan sampah. Pemandangannya kumuh, dan desa ini tergolong tertinggal dengan Indeks Desa Membangun (IDM) hanya 0,55 persen menurut Kemenparekraf RI. Kondisi ini membuat warga Desa Sekapuk menghadapi kemiskinan, pengangguran, dan masalah lingkungan yang serius.
Pada 2017, Abdul Halim adalah Kepala Desa di Masa itu. Melihat kondisi desanya yang memprihatinkan, ia memutar otak untuk membawa perubahan besar. Salah satu langkah awalnya adalah membersihkan lingkungan desa bersama warga dan memanfaatkan aset desa berupa bekas tambang kapur untuk dijadikan kawasan wisata.
Lahirnya Wisata Setigi
Dari sinilah dimulai perjalanan Desa Sekapuk menuju kejayaan. Abdul Halim dan warga bergotong-royong mengembangkan bekas tambang kapur menjadi destinasi wisata bernama Setigi, singkatan dari selo (batu), tirto (air), dan giri (bukit).Desa ini memiliki area tambang kapur seluas 5 hektare yang merupakan asset desa. Karena hanya sebagian kecil dari tambang yang masih dioperasikan, Halim yang tidak ingin menyia-nyiakan area ini memanfaatkan lahan seluas 1,5 hektare lahan bekas tambang untuk dijadikan tempat wisata. Bersama warga bergotong royong mengembangkan wisata bekas galian tambang kapur.
Proyek ini menghabiskan biaya sekitar Rp2 miliar, yang berasal dari dana patungan warga dan pemerintah desa. Desa mengeluarkan Rp222 juta untuk infrastruktur jalan.
Wisata Setigi resmi dibuka pada 2019 dan menawarkan berbagai daya tarik, seperti danau buatan beserta jembatan peradaban, rumah honai Papua, wahana wisata air, spot foto, dinding topeng, candi topeng Nusantara, gerbang gaib, patung semar, goa pancawarna, hingga gunung kapur bekas tambang yang terlihat indah.
Pemandangan di area bekas tambang ini sangat eksotik bak kastil-kastil zaman Yunani kuno. Lalu ada juga miniatur Masjid Persia dan Madinah, kemudian rumah apung hingga patung Begawan.
Terbaru, akan ada wahana kolam renang Banyu Gentong yang akan menyajikan tiga warna air. Selain itu Setigi juga akan menyediakan pemandian khusus perempuan dewasa. Pemandian syar’i dengan syarat menutupi aurat dan berhijab.
Keterlibatan Warga dan Model Investasi
Keberhasilan Setigi tidak lepas dari partisipasi aktif warga. Melalui program Tabungan Plus Investasi (Taplus Invest) yang dikelola BUMDes, warga berkontribusi sebagai investor. Setiap surat saham dihargai Rp2,4 juta, dengan sistem menabung Rp8 ribu per hari. Sebagai imbal hasil, warga yang memiliki saham menerima Sisa Hasil Usaha (SHU) tahunan, yang semula mencapai Rp500 ribu per saham di tahun pertama.Dampak Ekonomi
Keberadaan lokasi wisata di Desa Sekapuk telah membawa perubahan besar bagi perekonomian setempat dan menyerap banyak tenaga kerja lokal dalam berbagai sektor.Desa Sekapuk juga memiliki organisasi yang sangat aktif, salah satunya adalah BUMDes. BUMDes ini telah dikenal dengan omzet yang mencapai miliaran rupiah setiap tahun. BUMDes mengelola enam unit usaha aktif, yaitu tambang, Perusahaan Air Masyarakat (PAM), pengolahan sampah, usaha olahraga (U-Sport), wisata, dan multi-jasa. Selain itu, BUMDes memiliki holding yang luar biasa dalam mendukung keberlanjutan ekonomi desa.
Karang Taruna, yang beranggotakan pemuda-pemuda hebat, serta kelompok sadar wisata (Pokdarwis) juga turut berkontribusi aktif dalam pengembangan sektor wisata. Di sisi lain, ibu-ibu PKK memberikan sumbangsih besar melalui Dapur Mbok Inggih, yang menghasilkan jajanan khas desa. Produk-produk ini dijual bersamaan dengan tiket wisata, memungkinkan organisasi ini membiayai kegiatannya secara mandiri. Bahkan, mereka memiliki mobil operasional sendiri dan menjalankan program sosial seperti Peduli Lansia yang diadakan setiap Jumat.
Prestasi Desa Sekapuk
Pada tahun 2021, Desa Sekapuk berhasil masuk dalam 300 desa terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).BUMDes Sekapuk mencatatkan omzet lebih dari Rp11 miliar dengan laba bersih sekitar Rp4,5 miliar. Dari jumlah tersebut, lebih dari Rp2 miliar disumbangkan sebagai Pendapatan Asli Desa (PADes), yang bahkan lebih tinggi dibandingkan Dana Desa yang diberikan oleh pemerintah pusat.
Keberhasilan ini menjadi alasan Abdul Halim mendeklarasikan Desa Sekapuk sebagai “Desa Miliarder” pada 9 September 2020. Selain itu, pada tahun yang sama, desa ini juga menyandang status sebagai desa mandiri dengan nilai Indeks Desa Membangun (IDM) sebesar 0,88 persen.
Di bawah kepemimpinan Abdul Halim, selain Wisata Setigi, BUMDes Sekapuk juga mengelola Perusahaan Air Masyarakat (PAM), usaha multi-jasa untuk layanan simpan pinjam, pengolahan sampah, serta tambang kapur.
Dari berbagai usaha tersebut, BUMDes berhasil meraih laba bersih hingga Rp7 miliar tahun lalu, menyumbang PADes sebesar Rp2,047 miliar.
Sebagai bagian dari keberhasilannya, Pemerintah Desa Sekapuk juga memiliki lima kendaraan operasional mewah yang dibeli secara tunai, antara lain Alphard untuk pemerintah desa, Grand Livina untuk PKK, Mazda double cabin untuk wisata, Expander untuk BUMDes, serta ambulans yang sesuai standar Covid-19. Selain itu, desa ini juga memiliki puluhan sepeda listrik.
Kesejahteraan Warga
Keuntungan besar yang diperoleh desa digunakan untuk berbagai program sosial, termasuk pemberian beasiswa bagi pelajar SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu atau berprestasi. Selain itu, desa ini juga membiayai pendidikan anak yatim, anak tahfidz, dan menjalankan program bedah rumah bagi warga kurang mampu.Desa Sekapuk juga mampu mengatasi permasalahan lingkungan dengan membangun sumur injeksi dan biopori di setiap rumah untuk mengurangi risiko banjir. Program Go Tri dilaksanakan setiap tahun untuk mempererat hubungan antarwarga sekaligus memperbaiki administrasi tingkat RT.
Abdul Halim Jadi Tersangka Penggelapan
Berita terkini mengungkapkan bahwa Abdul Halim, mantan Kepala Desa Sekapuk, telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penggelapan aset desa. Desa Sekapuk, yang berlokasi di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sebelumnya dikenal luas sebagai “Desa Miliarder” berkat pendapatan BUMDes yang mencapai Rp4 miliar. Namun, publik kini dikejutkan dengan laporan bahwa BUMDes Sekapuk memiliki utang hingga Rp9,5 miliar.Masalah ini bermula dari tingginya minat warga untuk berinvestasi dengan janji pembagian keuntungan dari pendapatan wisata desa. Sayangnya, hingga akhir masa jabatan Abdul Halim sebagai kepala desa, investasi tersebut belum juga dikembalikan.
Saat ini, Abdul Halim menghadapi status tersangka atas dugaan kasus pidana karena tidak mengembalikan sertifikat dan aset desa setelah jabatannya berakhir.
Sumber : detikjatim (bly)