Tahukah Kamu, Ada jejak Pangeran Singonegoro di Umbul Jumprit Temanggung

Tahukah Kamu, Ada jejak Pangeran Singonegoro di Umbul Jumprit Temanggung

Travelnesia.id – Umbul Jumprit adalah salah satu destinasi wisata di Kabupaten Temanggung. Sekilas tentang Umbul Jumprit yakni mata air sungai Progo yang tidak pernah kering meskipun musim kemarau.

Umbul Jumprit memiliki nuansa alamnya yang indah dengan hutan pinus yang membentang dan udara segar yang baik untuk kesehatan. Siapa sangka destinasi wisata ini dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit, yaitu seorang ahli nujum Kerajaan Majapahit, yang tertulis dalam Serat Centhini.

Bacaan Lainnya

Lokasi ini disebut sebagai tempat petilasan Ki Jumprit, yang konon juga dipercaya sebagai salah satu putera Prabu Brawijaya. Ia meninggalkan kraton untuk bertapa dengan ditemani seekor monyet bernama Ki Dipo.

Sebelum tahun 1980,lokasi Umbul jumprit hanya diketahui kalangan tertentu. Pada awal 1980-an, Umbul Jumprit mulai ramai dikunjungi peziarah yang mengunjungi makan Ki Jumprit dan mandi berendam di mata airnya. Akhirnya pada tahun 1987, Pemkab Temanggung menetapkan kawasan ini sebagai kawasan wanawisata atau “wisata yang tujuan atau sasarannya adalah hutan”.

Kawasan Umbul Jumprit merupakan suatu kawasan mata air yang terletak di lereng Gunung Sindoro dengan ketinggian 2.100 meter dpl. Situs ini terletak sekitar 26 kilometer di sebelah barat laut Kota Temanggung.

Yang menarik, mata air yang menjadi sumber air bagi Sungai Progo ini tidak pernah kering meskipun pada saat musim kemarau. Mata air ini berada di bawah sebuah gua dan dinaungi pohon besar yang teduh.

Pada masa akhir Kerajaan Majapahit dan awal Kerajaan Demak, perseteruan antara ajaran Shiwa-Buddha dan agama Islam yang baru masuk dan menyebar di tanah Jawa menyebabkan sebagian penganut Siwa-Buddha yang kalah dan tidak mau tunduk di bawah kekuasaan Demak menyebar dan mencari tempat terpencil.

Pangeran Singonegoro

Pangeran Singonegoro yang merupakan salah satu penasihat Prabu Brawijaya V meninggalkan keraton bersama dengan dua pengawal dan seekor monyet putih bernama Ki Dipo menuju mata air yang kini dikenal dengan nama Umbul Jumprit.

Pangeran Singonegoro kemudian memiliki gelar Panembahan Ciptaning dan ia bermeditasi di lokasi Umbul Jumprit hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di sana. Ki Dipo terus menunggui makam tuannya sementara kedua pengawalnya berjalan menuju barat sebelum akhirnya kembali lagi ke makam hingga akhir hayat mereka.

Situs Umbul Jumprit merupakan situs suci bagi berbagai aliran spiritualitas/kepercayaan, khususnya agama Buddha. Pada malam Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon banyak peziarah yang bermeditasi dan berendam di mata air Umbul Jumprit.

Pengunjung juga banyak datang pada tanggal 1 Sura untuk bermeditasi dan mandi setelah lewat tengah malam. Lokasi semadi terletak di atas gua dan di dalamnya terdapat sebuah patung kera kecil berlumut yang merupakan patung dari Ki Dipo atau kera peliharaan Pangeran Singonegoro.

Suatu kelompok spiritualis meyakini bahwa mandi di Umbul Jumprit dapat membersihkan seseorang dari bekas-bekas gangguan makhluk gaib atau akibat mempelajari ilmu hitam.

Air Waisak

Sejak tahun 1987, mata air Umbul Jumprit menjadi tempat mengambil air untuk keperluan Waisak di Candi Borobudur karena diteliti memiliki kualitas spiritual yang baik. Biasanya, tiga hari sebelum perayaan Waisak di Candi Borobudur, Sangha atau komunitas bhiksu mengambil air dari Umbul jumprit untuk digunakan dalam ritual di Borobudur.

Populasi kera di kawasan Umbul Jumprit dipercaya sebagai keturunan Ki Dipo, yaitu monyet yang menemani Ki Jumprit bertapa, dengan seekor kera betina dari Pegunungan Pleret. Jumlahnya adalah sekitar 25-30 ekor dan dipercaya tidak pernah bertambah atau berkurang.

Sementara, ritual mandi di Umbul Jumprit dipercaya dapat membuat seseorang menjadi awet muda dan menyembuhkan berbagai penyakit serta memberi berkah. Dipercaya, kawasan umbul dijaga oleh Naga, makhluk tak kasat mata berbentuk ular yang eksis di dimensi lain.

Penulis sempat memotret fenomena unik yang tertangkap kamera saat berada di kawasan umbul. Tidak ada goresan, kotoran, atau embun/uap air di sekitar lensa kamera. Kawasan Umbul Jumprit ditetapkan sebagai kawasan wanawisata atau wisata hutan, khususnya hutan pinus, oleh Pemkab Temanggung pada tanggal 18 Januari 1987.

Selain itu, kawasan ini juga menawarkan agrowisata, perkemahan, dan habitat kera liar. Jalan masuk menuju Umbul Jumprit ditandai oleh gerbang dengan arsitektur Jawa kuno. Sekitar 30 meter di dalamnya terdapat gerbang kedua dan sebuah patung Hanoman.(ep)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *