Dalam Memperingati Hari Batik Nasional Sebanyak 250 Anak Desa Talunombo Belajar Membatik

Hari Batik Nasional
Hari Batik Nasional

WONOSOBO, Travelnesia.id – Dalam memperingati Hari Batik Nasional Desa Talunombo, Kecamatan Sapuran mengadakan acara unik untuk peringatan hari itu.

Sebanyak 250 siswa dari berbagai sekolah SD dan SMPcdi Desa Talunombo, Kecamatan Sapuran belajar membatik serentak di lapangan desa setempat.

Bacaan Lainnya

Anak-anak sekolah diajak untuk belajar membatik secara bersamaan. Kelompok Pengrajin Batik Talunombo sudah ada sejak Mei 2008. 

Sebelum membatik bersama, mereka melihat fashion show Batik Talunombo. Kemudian dilanjut dengan penjelasan bagaimana membuat batik yang baik dan benar. 

Kepala Desa Talunombo Badarudin menjelaskan, kegiatan tersebut dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional. Dia ingin menggiatkan kembali membatik dan mengedukasi anak-anak di desanya untuk mencintai budaya melalui kain batik. 

“Batik Talunombo ini kan sudah ada lama dan menjadi ikon kami. Maka kami ingin melestarikannya dengan mengajak anak-anak membatik biar mereka tahu cara membatik yang baik dan benar. Ini juga salah satu upaya kami terus mendorong batik dari desa kami agar semakin dikenal banyak orang,” papar Badarudin yang ditemui sela-sela acara. 

Harapan dari Belajar Mematik Untuk Anak-anak Dalam Rangka Hari Batik Nasional

Hari Batik Nasional Desa Talunombo

Dia berharap dari acara dalam rangka Hari Batik Nasional ini agar Batik Talunombo semakin terkena luas dan dipakai paling tidak anak sekolah dan dinas-dinas di Wonosobo.

“Kami berharap pemda agar bisa menyerap produk-produk kami. Kalau di Talunombo baik anak sekolah maupun lembaga desa memakai batik dan menjadi ikon bahwa kita punya produk,” ujar Badarudin.

Dikatakan Badarudin, pihaknya bekerja sama dengan Universitas Negeri Semarang (UNNES) untuk membuat e-katalog, sebagai media promosi. Selain itu ke depan dia akan membuka paket wisata membatik di Desa Talunombo. 

“Nanti lapangan ini kami buat edu park dengan beragam paket yang ditawarkan. Tidak hanya membatik saja, melainkan juga menganyam dan bercocok tanam,” imbuh Badarudin. 

Pada saat yang sama, Ketua Batik Carica Lestari Talunombo, Alfiyah mengatakan kelompok pengrajin batik ini telah berdiri sejak Mei 2008 silam. Mulanya diprakarsai oleh salah seorang pendatang dari Purworejo yang ternyata adalah seorang perajin batik. 

“Nah dulu tahun 1987 itu ada lomba membatik di kabupaten, dan Talunombo dapat juara 1. Kemudian sebelum 2007 dinas terkait ada yang ingat kalau batik di sini pernah jadi juara dan kenapa tidak diteruskan. Lalu kamu membentuk Kelompok Batik Carica Lestari,” papar Alfiyah. 

Batik Talunombo memiliki ciri khas pada motif yakni carica, daun purwaceng dan Candi Dieng. Proses pembuatannya bermacam-macam, mulai dari printing, cap, tulis dan yang menggunaan pewarna alami. 

“Satu lembar kain batik dijual mulai Rp85 ribu hingga Rp450 ribu bergantung cara pembuatannya. Saat ini produk Batik Talunombo sudah dipasarkan ke Jakarta hingga Taiwan, dari mulut ke mulut dan dijual online,” imbuh dia. 

Salah satu peserta membatik, Kenzi (9) mengaku antusias belajar membatik untuk pertama kalinya. “Saya sedang membatik motif kuda kepang. Mudah kok tinggal meneteskan cairan malam ke gambar di kain,” tutup Kenzi. (ang)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *