TRAVELNESIA.ID, Wonosobo – Desa Kreo, sebuah desa yang kaya akan sejarah dan nilai-nilai budaya, memiliki asal usul yang menarik untuk dijelajahi. Nama Desa Kreo berasal dari kata “Krenyo,” yang merujuk pada sebuah pohon bernama Krenyo atau sembung. Pada awal berdirinya, wilayah desa ini dipenuhi oleh pohon-pohon Krenyo, sehingga masyarakat setempat menamakan desa mereka sebagai Desa Kreo.
Perjuangan Raden Santri Kertasari
Sejarah Desa Kreo bermula pada tahun 1780, ketika seorang ulama besar dari Makkah Al-Mukarramah, yaitu Raden Santri Kertasari, datang ke wilayah ini. Sebelumnya, Raden Santri Kertasari telah berjuang menyebarkan ajaran Islam di Demak dan Solo, Jawa Tengah. Namun, perjuangannya menghadapi tantangan besar dari penjajah Belanda, yang memaksanya untuk hijrah ke daerah Wonosobo. Pilihan jatuh pada wilayah yang masih berupa hutan belantara yang gelap dan rimbun, yang kemudian dikenal sebagai Sigelap.
Asal Usul Nama Sigelap
Nama Sigelap muncul karena kondisi wilayah tersebut pada waktu itu yang masih berupa hutan lebat dan gelap. Di tempat inilah, Raden Santri Kertasari dan jamaahnya mendirikan tempat persinggahan sementara. Mereka mengadakan musyawarah untuk merencanakan strategi penyebaran ajaran Islam. Suatu hari, ketika tiba waktu sholat, mereka menghadapi kesulitan untuk berwudhu karena tidak ada sumber air. Namun, Syaih Karim, salah satu anggota jamaah, tiba-tiba berkata, “Itu ana kali lo,” yang berarti ada mata air. Ajaibnya, seketika muncullah mata air di sebelah utara tempat perundingan mereka, yang kemudian dinamakan Tuk Kalilo (Mata Air Kalilo).
Kendala dan Pindah ke Kreo
Setelah beberapa waktu, tanah di sekitar kediaman mereka mengalami longsor, yang kemudian dikenal sebagai tanah Jeblugan. Menghadapi kondisi ini, para pejuang memutuskan untuk pindah ke wilayah yang lebih tinggi, yang saat itu masih dipenuhi pohon Krenyo. Wilayah baru inilah yang kemudian berkembang menjadi Desa Kreo.
Pelestarian Makam Sigelap
Para pendiri dan pejuang Desa Kreo adalah ulama besar yang sangat dihormati, termasuk Syaih Karim, Raden Santri Kertasari, Raden Santri Natasari, Syaih Jangkung, Syaih Dami Aking, dan para wali keramat lainnya. Mereka semua dimakamkan di Sigelap, Desa Kreo. Masyarakat Desa Kreo sangat menghargai warisan sejarah ini dan berusaha melestarikan makam Sigelap sebagai bagian dari upaya meningkatkan wisata budaya religius. Pelestarian ini tidak hanya merupakan bentuk penghormatan kepada para pendiri desa, tetapi juga sebagai upaya untuk menjaga dan mempromosikan warisan budaya dan sejarah Desa Kreo serta wilayah Wonosobo pada umumnya.
Sebuah Perjalanan Perjuangan
Sejarah Desa Kreo bukan sekadar kisah tentang berdirinya sebuah desa, tetapi juga sebuah perjalanan perjuangan penyebaran ajaran Islam oleh para ulama besar. Kisah ini menjadi bagian penting dari identitas dan kebanggaan masyarakat Desa Kreo. Dengan melestarikan warisan sejarah ini, Desa Kreo terus menginspirasi generasi mendatang dan menarik minat wisatawan untuk mengunjungi dan merasakan kekayaan sejarah serta budaya yang dimilikinya.
Melalui kisah ini, kita dapat melihat bagaimana Desa Kreo tidak hanya menjadi saksi bisu dari perjuangan para ulama, tetapi juga menjadi tempat yang kaya akan nilai-nilai sejarah dan budaya yang perlu dilestarikan dan dihargai.