Rinto Lengger Lanang Asli Banyumas yang Mendunia

Lengger Lanang
Lengger Lanang

WONOSOBO, Travelnesia.id – Kiprah Rianto sebagai Lengger Lanang pada dunia tari tak perlu diragukan lagi. Sudah berbagai negara dia jelajahi untuk mementaskan tariannya. Bahkan Sutradara Garin Nugroho mengangkat kisah hidupnya dalam film Kucumbu Tubuh Indahku pada 2018.

Bakat menari pria asli Banyumas, Rianto (39) telah muncul saat dirinya masih kanak-kanak. Lengger dimaknainya sebagai peleburan maskulinitas dan feminitas pada semesta. Dia menetap di Jepang dan memiliki sanggar tari Dewandaru Dance Company. 

Bacaan Lainnya

Rianto mengakui bakat menarinya telah terlihat sejak kanak-kanak. Dia sering sekali tiba-tiba menari, contohnya saja ketika akan berangkat sekolah. Seperti sudah ada ‘panggilan’, nalurinya menari seakan tak terbendungkan.

“Menurut penuturan ibu saya, waktu bayi saya memiliki tanda biru di kening. Karena ibu khawatir, kemudian dibawa ke pertunjukan lengger waktu itu sudah era lengger perempuan. Kemudian saya didoakan, dicium dan dikasih boreh. Itu pun saya dengar cerita ini saat sudah kuliah,” kenang lulusan ISI Surakarta ini kepada Suara Merdeka.

Dari situ lah dirinya makin mantap bahwa menari adalah jalur hidupnya. Kendati demikian, dia memiliki trauma di masa lalu di mana sering mendapat bully-an dari teman-teman sebayanya. “Ya sebagai laki-laki berbeda dengan pada umumnya. Itu yang membuat saya trauma,” imbuh Rianto.

Mengenai dukungan orang tua sendiri, dia mengatakan keduanya sangat memberi support. Meskipun pada awalnya meragukan tentang masa depan seorang penari. Namun Rianto berhasil memberikan pembuktian terhadap kedua orang tuanya sejak masih di bangku SMA.

“Saya coba yakinkan bahwa dengan menari bisa menghidupi tubuh saya. Ketika itu saya dan teman-teman perempuan membuat grup tari, kadang saya jadi lenggernya atau sesekali jadi pengibing. Dari situ mulai pentas dari satu tempat ke lainnya dan akhirnya menghasilkan,” terang laki-laki yang memerankan Juno dalam film Kucumbu Tubuh Indahku ini.

Perjalanan Rianto menjadi seorang lengger lanang juga melalui beberapa prosesi, hal ini dilakoninya ketika masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Di antaranya yakni mandi di tujuh sumur dengan kembang tujuh rupa, lengkap dengan sesajen dan puasa.

“Setelah itu melakukan midang atau pentas di perempatan jalan. Hal ini menyimbolkan empat arag berbeda, kiblat papat limo pancer. Tubuh lengger ini sebagai pancer. Nanti banyak orang yang menyumbang, baik uang, beras, palawija dan lain sebagainya. Hasilnya dipakai untuk wisuda lengger,” tukasnya.

Tujuan dan Harapan Rinto Lengger Lanang Asal Banyumas

Tujuan dari ritual tersebut, menurut Rianto, agar seorang lengger bisa lebih percaya diri pada saat pentas. Lebih dari itu, dia mengaku semakin mantap dan mendapat kekuatan batin luar biasa ketika melakukan pementasan. “Setelah wisuda ini dapat indang atau kekuatan jiwa yang membawa pada kepercayaan diri dan aura saat tampil. Lalu juga seperti mendapat restu dari leluhur,” ungkap Rianto.

Menurut Rianto, sejarah lengger tak lepas dari kehidupan para petani pada masa lampau. Bahkan dia menyebut lengger lahir dari kaum tani. Sebab pada saat itu para petani menanam padi dengan berdendang atau menyanyi dengan mantra dan bergerak supaya tanaman lebih subur.

Seiring berjalannya waktu, Rianto memiliki makna tesendiri terhadap pengertian lengger. Menurutnya lengger merupakan sebuah peleburan tubuh antara laki-laki dan perempuan yang menyatukan diri pada semesta. Kata leng sendiri menurut Rianto merupakan lubang dalam tubuh manusia.

“Jadi dalam tubuh manusia ada 9 lubang kehidupan, yaitu mata, hidung, telinga, mulut dan dua lainnya. Lubang itu untuk kesejahteraan masyarakat. Lengger itu bagaimana meleburkan unsur maskulin dan feminin dalam tubuh untuk berbuat baik melalui seni gerak dan musik. Lalu ngger itu sebutan untuk anak laki-laki ya memang pada waktu itu pria yang menjadi lengger lanang,” paparnya panjang lebar.

Rianto menetap di Tokyo, Jepang setelah menikah dengan seorang gadis dari Negeri Sakura bernama Miray Kawashima pada 2003. Dia kemudian mendirikan sanggar tari bernama Dewandaru Dance Company pada 2006. Mulanya dia menyewa semacam gedung pertemuan baru pada 2016 dia bisa membangun sanggar tarinya di Tokyo.

“Di situ saya mengajarkan tari jenis lengger dan Surakarta-an. Awal mula ada sekitar 40 orang namun karena ada yang menikah dan pindah kota, kini hanya 20-an. Mereka pernah kami ajak ke Indonesia juga untuk belajar lengger di Banyumas ataupun melakukan pementasan,” ucap Rianto.

Dia juga berpesan pada para lengger muda agar tetap fokus dalam menjalankan profesinya. Sebab lengger juga mengajarkan seseorang untuk selalu mencintai budaya. “Tidak usah malu karena lengger ini juga wujud ibadah seseorang. Mari menggali kembali makna lengger, dan tetap cinta budaya,” tutup Rianto. (ang)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *